Header Ads

Red Bull Footbal Club, Klub-Klub Sepakbola Milik Red Bull


Mendengar nama Red Bull mungkin sedikit asing di telinga orang Indonesia, kita mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan Kratingdaeng. Namun jangan salah, meskipun memiliki logo yang hampir sama, Red Bull dan Krating Daeng ini sebenarnya berbeda. Keduanya memiliki beberapa perbedaan baik dari segi rasa, proses pembuatan, kemasan, hingga wilayah masing-masing minuman energi ini dipasarkan.

Sedikit sejarah mengenai terbentuknya Red Bull. 1982, saat pergi ke Thaliand untuk bertemu dengan rekan bisnisnya, Dietrich Mateschitz mengalami jet lag. Saat tengah dalam perjalanan dari bandara untuk bertemu si rekan bisnism, Mateschitz meminta taksi yang membawanya, berhenti untuk membeli minuman, dan berharap jet lag nya tersebut dapat hilang. Setelah menenggak segelas minuman bernama Kratingdeng, ia menyadari kalau jet lag nya benar-benar hilang. Kemudian ditahun 1984 hingga 1987 Mateschitz bersama Yoovidhya, membentuk sebuah perusahaan Red Bull GmbH. Yang mana perusahaan tersebut menjual Kratingdeng di kawasan Eropa dengan nama Red Bull.

Jadi, awal terbentuknya Red Bull sendiri karena terinspirasi dari Kratingdaeng. Baik dari logo, jenis minuman, hingga nama Red Bull pun terinspirasi dari Krating Daeng. Krating yang berarti banteng (bull), dan Daeng yang berarti merah (red) dalam bahasa Thailand. Untuk menghindari penjiplakan Red Bull GmbH akhirnya melakukan ikatan kerja sama dengan si pembuat Kratingdaeng.

Kini Red Bull berhasil menjadi penjual minuman energi terbesar di dunia. Berkat kesuksesannya itu, sekarang Red Bull GmbH tidak hanya berkecimpung di bidang produksi minuman berenergi. Dibeberapa kesempatan, Red Bull kerap kali menjadi sponsor sebuah acara seperti kompetisi balap mobil dan balap motor. Lebih dari itu, Red Bull GmbH juga sering mengakuisisi tim-tim olahraga. Meskipun kebanyakan berkaitan dengan olahraga ekstrim, ternyata sponsorhip yang dilakukan Red Bull GmbH tidak melulu olahraga yang memacu adrenalin. Mereka pernah mensponsori acara kontes Rap yang diadakan rapper terkenal Eminem, selain itu perusahaan Red Bull juga beberapa kali mendirikan atau mengakuisi klub-klub Sepakbola di berbagai belahan dunia.

Sepakbola memang menjadi salah satu kegiatan sponsorship yang difokuskan Red Bull, terbukti dari jumlah lima klub yang telah mereka bentuk dan mereka beli sahamnya.

FC Red Bull Sazburg

FC Red Bull Salzburg menjadi titik awal Red Bull menginjak dunia sepakbola. Tidak mengherankan mengapa klub ini menjadi pilihan pertama, karena memang letaknya di Austria sama seperti letak kantor pusat perusahaan Red Bull berada. Klub ini didirikan pada tahun 1933 dengan nama SV Austria Salzburg, melalui merger dua tim lokal yakni Hertha dan Rapid. Seperti klub-klub baru pada umumnya, Austria Salzburg tidak mencatat prestasi yang membanggakan, meski begitu, klub ini sudah bisa merasakan bermain di liga utama Austria.

Tahun 1978 (45 tahun kemudian), klub ini berganti nama menjadi SV Casino Salzburg. Dengan nama tersebut, untuk pertama kalinya mereka berhasil mendapatkan trofi, bahkan di musim berikutnya kembali meraih trofi yang sama, yakni menjuarai liga Austria edisi 1993/94 dan 1994/95. SV Casino juga hampir menjuarai UEFA Cup 1994, hanya saja mereka kalah di final dari Inter Milan.

Sektiar tahun 1997 Klub ini kembali mengganti namanya setelah bekerja sama dengan perusahaan jasa keuangan, SV Wüstenrot Salzburg menjadi nama yang dipilih. Di tahun yang sama, mereka langsung menjuarai liga Austria.

Barulah di tahun 2005 perusahaan Red Bull membeli klub ini, kemudian mengganti nama diikuti dengan logo klub. Bukan hanya nama dan logo, Red Bull GmbH juga memperbaiki masalah finansial yang ada diklub, dengan memberikan kucuran dana. Dampaknya baru terlihat 1-2 tahun kedepan, manakala mereka berhasil menjuarai liga Austria musim 2006/07. Beberapa pemain yang sempat bersinar di Red Bull Salzburg ialah Alexander Zickler asal Jerman, dan pemain lokal asal Austria Marc Janko.

New York Red Bulls

Ekspansi Red Bull berlanjut ke benua Amerika, Maret 2006 perusahaan ini membeli sebuah klub bernama MetroStars, kemudian mengubah namanya menjadi New York Red Bulls. Klub ini didirikan dengan nama Empire Soccer Club, kemudian berganti menjadi New York/New Jersey MetroStars, sempat menjadi MetroStars, sebelum akhirnya menjadi New York Red Bulls hingga sekarang.

Sayangnya, New York Red Bulls belum pernah merasakan juara liga Amerika Serikat yakni Major League Soccer. Meski begitu, New York Red Bull Bulls bisa disebut sebagai klub yang paling banyak diperkuat oleh pemain-pemain bintang diantara klub-klub Red Bull lainnya. Klub ini menjadi tempat bagi Thierry Henry menikmati masa uzurnya sebagai pesepakbola, setelah sukses di Arsenal. Diikuti oleh Tim Cahill, dan mantan rekan Henry di Barcelona, Rafael Marquez. Selain itu, klub ini juga sempat diperkuat dua kiper legendaris Amerika Tony Meola serta Tim Howard. Nama lainnya adalah Youri Djorkaeff, Roberto Donadoni, serta Lothar Matthaeus.

Red Bull Ghana

Berbeda dengan klub-klub Red Bull lainnya, Red Bull Ghana menjadi satu-satunya klub yang berawal dari sebuah akademi Sepakbola. Akademi tersebut didirikan Red Bull pada tahun 2008, dan menjadi klub sepakbola dua tahun kemudian yakni 2010. Saat itu Red Bull Ghana berkompetisi di tingkat divisi kedua liga Ghana.

Namun eksistensi Red Bull Ghana berjalan tidak terlalu lama, tahun 2014 lalu, Red Bull GmbH memutuskan untuk menjual Red Bull Ghana, yang kemudian dimerger dengan akademi Feyenoord di Ghana, membentuk West African Football Academy, sebuah akademi dan klub Sepakbola yang bertanding di liga utama Ghana. Maxwell Konadu merupakan pemain hasil didikan Red Bull Ghana yang paling sukses.

Red Bull Brasil

Klub ini dibentuk langsung oleh Red Bull dengan nama awal Red Bull Soccer and Entertainment Ltda. yang kemudian dipersingkat menjadi Red Bull Brazil pada 19 November 2007. Saat itu Red Bull Brazil terdaftar di kompetisi divisi empat Championship Paulista, kompetisi lokal yang berada di Sau Paulo.

Berkat pendanaan masif yang diberikan perusahaan Red Bull tim ini berhasil mewujudkan komplek pusat latihan di kota Jarinu pada Februari 2008, disaat yang sama mereka mulai memiliki tim u-20. Namun, Red Bull Brasil masih belum menorehkan prestasi membanggakan, selain menjuarai Capeonato Paulista divisi empat dan tiga pada rentang tahun 2009-2010.

RB Leipzig

Diantara klub-klub Red Bull lainnya, mungkin RB Leipzig lah yang memiliki kisah paling menarik. RB Leipzig dibentuk langsung oleh perushaan Red Bull pada tahun 2009. Setelah mendirikan klub, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membeli 'hak bermain' di divisi lima liga Jerman, dari klub SSV Markranstadt.

Dalam perjalanannya, RB Leipzig kini sudah berhasil bermain di kasta tertinggi Liga Jerman, Bundesliga. Klub ini berhasil mencapai Bundesliga hanya dalam rentang waktu tujuh tahun, bisa dibilang sebuah prestasi yang fantastis jika kita melihat klub ini berada di Liga Jerman, salah satu liga top eropa. Namun, kesuksesannya yang telah mereka raih saat ini dilalui lewat jalan yang terjal.

Saat ini, mungkin RB Leipzig menjadi klub yang paling dibenci di Jerman. Terlihat dari beberapa pertandingan yang mereka jalani, kadang klub ini mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari fans lawan. Mulai dari mendapatkan hadiah lemparan kepala banteng dari suporter Dynamo Dresden, hingga aksi fans Karlsruher SC yang datang ke Stadion dengan menggunakan masker yang katanya untuk terhindar dari wabah penyakit "Bull disease".

Menurut para pembenci RB Leipzig, klub ini telah melepas identitas yang seharusnya dimiliki oleh sebuah klub asal Jerman. Salah satunya adalah cara RB Leipzig memanipulasi peraturan 50+1 yang berlaku di persepakbolaan Jerman, yang intinya mengatur sebuah klub untuk mengizinkan fans mereka memiliki saham di klub. RB Leipzig memang mematuhi peraturan tersebut, terdapat 17 suporter yang ikut sebagai pemegang saham RB Leipzig, tetapi liciknya, kebanyakan dari 17 orang tersebut adalah pegawai perusahaan Red Bull itu sendiri.

Kepengurusan klub yang dilatar belakangi dengan perusahaan produksi minuman berenergi juga menjadi salah satu penyebab kebencian yang diterima RB Leipzig dari fans Sepakbola di jerman. Salah seorang fans klub Lokomotiv Leipzig sempat berkata: "Klubku dididrikan untuk bermain Sepakbola. RB Leipzig didirikan untuk mendapatkan uang, untuk menjual minuman.".

Memilih nama 'RB Leipzig' juga menjadi salah satu cara klub untuk memanipulasi regulasi yang berlaku di Jerman. Mungkin awalnya kita mengira RB adalah kependekan dari Red Bull, namun fakta yang sebenarnya adalah RB merupakan singkatan untuk RasenBallsport, yang dalam bahasa Jerman berarti olahraga bola rumput. Hal ini dilakukan Red Bull, karena peraturan sepakbola Jerman melarang sebuah klub untuk mencantumkan perusahaan pada nama mereka, kecuali jika perusahaan tersebut sudah memberikan pendanaan selama 20 tahun beruntun, contohnya Bayer Leverkusen.
Diberdayakan oleh Blogger.