Sejarah Boxing Day

Saat pertama kali dibuat, Undang-undang Bank Holiday masih dalam bentuk yang sederhana. Yakni hanya mencantumkan 4-5 hari libur nasional, dimana Boxing Day sudah termasuk didalamnya. Tetapi, masyarakat Inggris dan Wales pada saat itu belum terbiasa dengan sebutan Boxing Day, mereka masih menyebutnya dengan sebutan "26th December holiday", karena memang hari liburnya diperingati pada tanggal 26 Desember, sehari setelah natal. Sedangkan masyarakat Irlandia menyebut Boxing Day pada saat itu dengan istilah "St. Stephen's Day".
Istilah Boxing Day sendiri mulai populer di pertengahan abad ke-19, yang kala itu Britania Raya sedang dipimpin oleh Ratu Victoria. Terdapat sebuah tradisi dimana para majikan memberikan hadiah untuk para pelayan pada tanggal 26 Desember. Hadiah yang dibagikan beragam mulai dari pakaian, persediaan makanan, bahan kulit, atau bahkan uang. Semua hadiah itu dibungkus dalam sebuah kemasan yang umumnya berbentuk kotak (box). Selain box hadiah, majikan biasanya juga memberikan hari libur sebagai bentuk terima kasih kepada para pelayan yang sebelumnya sudah bekerja keras di hari natal. Sejak saat itu, libur 26 Desember bagi masyarakat Inggris dan sekitarnya biasa disebut dengan istilah "Boxing Day".
Seiring perkembangan zaman, Boxing Day juga mulai dilaksanakan di luar negara-negara Britania Raya, seperti di Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Kini Boxing Day pun tidak hanya diisi dengan kegiatan membagikan hadiah untuk para pelayan. Beragam kegiatan bisa dilaksanakan saat Boxing Day, seperti berkumpul dengan teman atau keluarga, membagikan hadiah untuk orang-orang yang kurang mampu, juga menyaksikan pertandingan kriket, balapan kuda, pertandingan rugby dan pertandingan sepakbola. Meskipun diperingati sebagai hari libur, tidak sedikit toko-toko yang tetap membuka gerai mereka ketika Boxing Day, bahkan sampai menjual barang dengan diskon besar-besaran, hal ini tentunya dimanfaatkan masyarakat disana untuk berbelanja bersama keluarga.
Saat Boxing Day, di Inggris khususnya, pertandingan sepakbola memang tetap dijalankan. Tidak hanya divisi dibawahnya, kompetisi sekelas Premier League pun tetap berlangsung saat hari libur Boxing Day. Sejarah Boxing Day dalam sepakbola sendiri dimulai saat pertandingan Sheffield FC melawan Hallam FC.
Sheffield FC merupakan klub sepakbola tertua yang saat ini masih aktif bermain, klub ini didirkan pada tahun 1857. Enam tahun lebih awal daripada The Football Association (FA) atau Federasi Sepakbola Inggris, yang dibentuk pada tahun 1863. Ketika baru dibentuk Sheffield FC masih belum menggunakan peraturan yang dibuat oleh FA, karena pada saat itu FA sendiri memang belum dibentuk. Sheffield FC membuat peraturan-peraturan sepakbola sendiri yang dikenal dengan sebutan 'Sheffield Rules'.
Klub sepakbola Sheffield FC didirikan dari latar belakang klub kriket, Nathaniel Creswick dan William Prest awalnya membentuk klub ini agar pemain-pemain kriket yang saat itu sedang libur kompetisi bisa tetap bugar tubuhnya. Namun, pada tiga tahun pertama sejak didirikan, Sheffield FC masih belum bisa menemukan lawan bertanding. Sampai akhirnya pada tahun 1860 ada yang membentuk Hallam FC yang merupakan tetangga dekat Sheffield FC.
Dilangsungkanlah sebuah pertandingan antara Sheffield FC yang merupakan klub tertua melawan Hallam FC yang berpredikat klub tertua kedua. Pertandingan tersebut dilangsungkan pada tanggal 26 Desember 1860 di stadion milik Hallam FC, Sandygate Road. Dimana peraturannya menggunakan aturan 'Sheffield Rules'. Kini pertandingan antara kedua klub tersebut dikenal dengan sebutan 'Derby Rules'. Derby yang berlangsung sehari setelah natal itu dimenangkan oleh sang senior, Sheffield FC dengan skor 2-0. Meskipun keduanya kini sudah bermain untuk divisi yang berbeda, Sheffield FC dan Hallam FC masih tetap sering bertemu di laga persahbatan.
Itulah pertandingan sepakbola pertama dalam sejarah yang dilangsungkan saat Boxing Day. Sedangkan tradisi kelangsungan pertandingan Liga Inggris saat Boxing Day sudah dimulai sejak musim pertama Liga Inggris digelar, yakni musim 1888-1889. Tanggal 26 Desember 1888 dijadwalkan sebuah pertandingan antara Preston North End yang saat itu sedang memimpin klasemen, melawan Derby County yang sedang berusaha naik dari peringkat paling bawah. Pertandingan berakhir dengan skor 5-0 untuk keunggulan Preston North End. Dan diakhir musim, Preston berhasil keluar sebagai juara tanpa mengalami satu pun kekalahan.
Sejak saat itu pertandingan Liga Inggris saat Boxing Day rutin diadakan. Namun sayangnya, ditahun 1950-an minat masyarakat untuk menyasikan pertandingan saat Boxing Day menurun. Meski begitu, masih ada pertandingan yang dilangsungkan pada 25-27 Desember walaupun tidak sebanyak seperti biasanya.
Tahun 1930, tahun dimana radio mulai muncul, BBC menyiarkan siaran radio live-commentary babak kedua pertandingan Boxing Day antara Manchester City melawan Arsenal. Sang komentator adalah George Allison, yang kemudian ia menjadi manajer Arsenal pada tahun 1934 hingga 1947. Siaran radio pertama yang menyiarkan penuh pertandingan Boxing Day baru terjadi saat Brendford bertanding melawan Sheffield United (beda dengan Sheffield FC) ditahun 1946, sejak saat itu, siaran radio pertandingan saat Boxing Day mulai sering dilaksanakan.
Keberadaan radio, ditambah mulai maraknya televisi, berhasil menarik kembali minat masyarakat tidak hanya untuk pertandingan saat Boxing Day, tetapi juga menarik minat masyarakat untuk sepakbola itu sendiri.
Disaat liga-liga lain meliburkan kompetisi agar pemain-pemainnya bisa merayakan natal atau menikmati waktu libur, justru ditanggal 26 Desember Premier League masih tetap sibuk menjalani pertandingan, hal inilah yang menjadi keunikan dari Premier League. Makna dibalik diadakannya pertandingan saat Boxing Day ialah sama seperti maksud awal dari Boxing Day itu sendiri. Yakni kemenangan yang diraih oleh sebuah klub, akan dijadikan sebagai hadiah (box) untuk penggemar mereka.
Pertandingan yang dilaksanakan pun diatur sedemikian rupa supaya bisa meringankan para penggemar, yakni pihak Premier League akan melaksanakan pertandingan antara klub yang memiliki jarak tidak terlalu jauh. Dengan maksud, agar para suporter bisa menghemat waktu mereka, supaya bisa tetap menikmati hari libur 26 Desember. Meski begitu, pihak Premier League tetap selektif dalam memilih, mereka tidak akan menggelar pertandingan antara dua klub rival. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi konflik yang dapat menggangu jalannya hari libur tersebut.

Uniknya, dua hari kemudian tepatnya tanggal 28 Desember 1963 kembali dilangsungkan pertandingan dengan lawan-lawan yang sama. Hanya saja tidak ada pertandingan Liverpool melawan Stoke City, karena musim itu mereka sudah dua kali bertemu, dan ditambah pertandingan Arsenal melawan Birmingham yang sebelumnya tidak bermain di Boxing Day. Di pertandingan tanggal 28 kala itu, Manchester United balas dendam atas kekalahan 6-1 mereka dari Burnley dengan skor 6-1. Begitu pun West Ham yang mengalahkan Blackburn 3-1. Dan Fulham yang berhasil dikalahkan Ipswich Town 4-1, padahal dua hari sebelumnya Fulham membantai Ipswich Town 10-1.